PARADOKS PARA

Ismar Patrizki

Siapa bilang orang berkaki satu atau bahkan yang tidak berkaki tidak bisa berlari kencang? Siapa bilang orang bertangan satu atau yang tidak bertangan tidak dapat berenang cepat? Jangan pernah sekali pun meremehkan para penyandang disabilitas. Mungkin begitu pesan yang diterima dalam otak orang-orang “sempurna” yang menyaksikkan laga ASEAN Paragames VI di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, 15-20 Desember 2011 lalu.<br />

Para atlet penyandang disabilitas fisik, mental, dan sensoral saling berkompetisi untuk menjadi yang tercepat dan terkuat pada ajang dua tahunan se-Asia Tenggara, ASEAN Paragames. Bermodal semangat, mereka berlaga di lintasan dan arena. Mereka berusaha melampaui kemampuan “manusia utuh” di tengah keterbatasan diri, demi harumnya nama negara. Walaupun mereka tahu negara yang dibela tak jarang hanya memandang sebelah mata dan minim memberi perhatian kepada mereka.<br />

Bagi sebagian atlet disabilitas, perjuangan mereka tidak sia-sia, kucuran keringat berhasil membawa mereka menempati podium pemenang. Medali berikut bonus yang berhasil mereka peroleh menjadi modal untuk kembali berjuang meraih mimpi yang lebih tinggi. Modal yang menjadi pemacu semangat mereka untuk dapat lebih maju, dan berdayaguna bagi masyarakat banyak, di tengah keterbatasan mereka. Hal tersebut menjadi mimpi yang mungkin untuk sebagian besar penyandang disabilitas hanya akan tetap menjadi mimpi. Yang juga menjadi mimpi hampir tujuh juta penyandang disabilitas di bumi pertiwi, Indonesia. <br />

Petenis disabilitas putra Indonesia, Nurdin, memperlihatkan medali emas yang berhasil ia rebut seusai laga final Ganda Putra Quad Tenis Kursi Roda ASEAN Paragames (APG) VI di Lapangan Tenis Manahan, Solo, Jawa Tengah, Indonesia, Senin (19/12) *** Local Caption *** Petenis disabilitas putra Indonesia, Nurdin, memperlihatkan medali emas yang berhasil ia rebut seusai laga final Ganda Putra Quad Tenis Kursi Roda ASEAN Paragames (APG) VI di Lapangan Tenis Manahan, Solo, Jawa Tengah, Indonesia, Senin (19/12)

Dua atlet disabilitas bersiap melakukan pemanasan di sela berlangsungnya pertandingan cabang renang ASEAN Paragames (APG) VI di Kolam Renang Tirtomoyo, Solo, Jawa Tengah, Indonesia.

Seorang atlet disabilitas mencoba arena renang ASEAN Para Games (APG) VI di Kolam Renang Tirtomoyo, Solo, Jawa Tengah, Indonesia.

Seorang atlet membenahi kaki palsu di sela berlangsungnya pertandingan cabang atletik ASEAN Paragames (APG) VI di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Indonesia.

Atlet disabilitas Filipina, Andy Avellana, berlaga pada final Lompat Jauh Putra (Kelas F44) ASEAN Paragames (APG) VI di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Indonesia, Sabtu (17/12) *** Local Caption *** Atlet disabilitas Filipina, Andy Avellana, berlaga pada final Lompat Jauh Putra (Kelas F44) ASEAN Paragames (APG) VI di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Indonesia, Sabtu (17/12)

Perenang disabilitas Indonesia, Daniel Carlos Patay, melintas di depan arena kolam renang yang akan menjadi tempat ia berlaga pada ajang ASEAN Paragames VI di Solo, Jawa Tengah, Indonesia.

Pelari penyandang disabilitas Indonesia, I Putu Sarwada, mengekspresikan keberhasilannya menyentuh garis finish terdepan saat berlaga dalam final lari 400 Meter (kelas T20) ASEAN Paragames (APG) VI di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Indonesia.

Seorang atlet penyandang disabilitas memacu kecepatan kursi roda saat berlaga pada ASEAN Paragames (APG) VI di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Indonesia.

Jejak telapak kaki salah seorang atlet renang disabilitas berkaki satu di sela berlangsungnya sesi latihan dan klasifikasi ASEAN Para Games (APG) VI di Kolam Renang Tirtomoyo, Solo, Jawa Tengah, Indonesia.

Foto dan Teks: Ismar Patrizki

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi