KERETA GANTUNG PENYAMBUNG HIDUP

Sigid Kurniawan

Suara keras dari deru ombak yang bertabrakan dengan terjalnya batu karang, serta warna biru gelap dari kedalaman laut pantai selatan terkadang menjadi pesona yang membuat nyali sebagian masyarakat menjadi ciut. Namun itu tidak terjadi pada Siswanto warga Danggolo, Gunung Kidul, Yogyakarta, seorang nelayan lobster yang setiap harinya harus menyebrang laut yang ganas dengan jarak kurang lebih 100an meter ke sebuah pulau dengan menggunakan kereta gantung tradisional yang ia buat sendiri bersama kelompok nelayannya pada tahun 1997.<br />

Dari sejumlah batang kayu usang, rangkaian roda katrol bekas velg sepeda, dan tali tampar plastik seadanya guna sebagai jalur kereta gantung, Siswanto mengandalkannya untuk mencari penghidupan di Pantai Timang, Gunung Kidul, Yogyakarta. Ia sadar saat kerja maut bisa datang kapan saja, namun ia tetap tegar karena hal itu merupakan jalan hidupnya guna menghidupi keluarganya. Kereta gantung itu adalah sarana untuk menuju Pantai Batu Panjang, tempat ia menaruh jebakan lobster tradisionalnya.<br />

Lobster tangkapannya biasa dijual seharga Rp 150 ribu per kg dan untuk lobster dengan kualitas super dijual dengan harga Rp 300 ribuan. Dengan penghasilan itu Siswanto bersama kelompok nelayannya terus menyambung hidup, dan terus meniti kereta gantung melintasi laut selatan setiap harinya. <br />

FOTO ANTARA/Sigid Kurniawan/12

FOTO ANTARA/Sigid Kurniawan/12

<br />

FOTO ANTARA/Sigid Kurniawan/12

FOTO ANTARA/Sigid Kurniawan/12

FOTO ANTARA/Sigid Kurniawan/12

FOTO ANTARA/Sigid Kurniawan/12

FOTO ANTARA/Sigid Kurniawan/12

Foto dan Teks : Sigid Kurniawan

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi