GREBEG SURO TROWULAN

Ismar Patrizki

Bagi masyarakat pengusung budaya tradisional Jawa, tahun baru Jawa atau yang dikenal dengan satu Suro merupakan hari ‘baik’ yang ditunggu-tunggu. Pada hari baik yang diadaptasi dari kalender Islam bertepatan dengan tahun baru hijriah, 1 Muharram, warga berbondong-bondong melakukan berbagai ritual tradisi di sejumlah tempat. Beragam tradisi dijalani warga, mulai dari ritual tirakat, tuguran, kungkum, dan ruwatan. Kesemuanya berorientasi untuk perenungan dan pembersihan diri.<br />

Salah satu situs yang ramai didatangi warga pada peringatan 1 Suro yang jatuh pada 5 November 2013, yaitu di bekas kota Kerajaan Majapahit, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Dengan cara dan kepercayaan masing-masing, warga mengikuti berbagai ritual tradisi di situs-situs bersejarah atau tempat-tempat yang dianggap sakral di Trowulan.<br />

Seolah tak mau ketinggalan dalam memeriahkan bulan Suro, pemerintah setempat juga menggelar serangkaian kegiatan. Dikemas dalam perhelatan bertajuk Grebeg Suro Ruwat Agung Nuswantoro Majapahit 1947 Saka mereka menghadirkan budaya kosmetik berbalut nama besar Kerajaan Majapahit. Kegiatan yang diselenggarkan di antaranya pisowanan agung ke situs-situs peninggalan Majapahit, pergelaran macapat dan wayang, ruwatan massal Sukerto, tumpengan, dan diakhiri Kirab Ruwat Agung Nuswantara.<br />

<br />

<br />

Foto dan Teks: Ismar Patrizki

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi