MENJARING BATUBARA

Bagi nelayan ombak besar dan angin kencang bukanlah kabar baik. Namun bagi sebagian nelayan di Bengkulu cuaca buruk untuk melaut merupakan saat baik untuk berpindah profesi, menjadi pengais limbah batubara.<br /> Ombak besar rupanya mengangkat endapan limbah batubara di kawasan muara Sungai Bengkulu dan menghitamkan kawasan pantai Jakat yang terletak sekitar tiga kilometer dari kota berlambang bunga Raflesia itu. Ditambah arus yang kuat, limbah hitam batubara berkelana ke pantai-pantai utara Bengkulu hingga sejauh 30 kilometer.<br /> Dari tahun 1982, kegiatan penambangan di hulu sungai Bengkulu telah mengalirkan limbah di sepanjang sungai Bengkulu hingga bermuara di kawasan pantai Jakat. Selain dari sungai, kegiatan bongkar muat batubara di pulau Tikus yang berjarak sekitar sembilan kilometer dari pantai juga ditengarai menambah banyak volume batubara di perairan tersebut.<br /> Menjaring limbah batubara yang dihantarkan oleh ombak, menjadi sebuah pilihan logis bagi nelayan yang tak ingin rugi melaut. Dengan bermodal jaring sepanjang satu setengah meter yang dilengkapi saringan, mereka mengumpulkan serpih-serpih hitam batubara. Menumpuknya dan meng-uang-kannya.<br /> Pengepul menghargai Rp12.000 untuk sekarung batubara seberat 65-75kg. Dengan tumpukan enam hingga delapan karung per hari per orang, menjaring batubara menjadi profesi yang menarik bagi siapa saja yang membutuhkan uang tak terkecuali kaum ibu. <br /> Seorang pengepul mengkalkulasi limbah batubara yang dikumpulkan dari pantai itu bisa mencapai berat kotor 100 ton per hari dari total tiga pengepul. Sebuah jumlah yang tidak main-main mengingat kawasan yang disebut olehnya hanyalah pantai sepanjang 300 meter. Dirinya belum menghitung kumpulan limbah batubara di kawasan utara maupun di daerah aliran sungai Bengkulu. Dan kegiatan pengumpulan limbah di pantai itu telah berlangsung sekitar lima tahun.<br /> Kehadiran ribuan ton limbah batubara selama bertahun-tahun kemungkinan besar telah menyelimuti sebagian besar terumbu karang dan mengancam kehidupan bawah laut di kawasan itu. <br /> Sementara wisatawan pun semakin menyusut karena enggan untuk mandi dengan ombak yang kotor kehitaman itu. Warung-warung di kawasan itu menjadi sepi.<br /> Kondisi demikian kiranya memerlukan tindakan nyata pemerintah setempat untuk membersihkan pencemaran yang terjadi seperti yang telah dilakukan secara sederhana oleh para pengumpul limbah batubara itu.<br /><br /><br />Foto & teks : Fanny Octavianus<br />

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi