SISA-SISA KEJAYAAN POERWODADIE 1832

Sigid Kurniawan

Pagi itu, sejumlah pekerja hiruk pikuk, sibuk, memindahkan tebu dari lori ke mesin penggilingan. “Siji… loro…. telu... ,” kata seorang pekerja dengan logat Jawa Timur yang berarti satu, dua, tiga, memandu pekerja lain mengaitkan rantai ke tumpukan tebu di atas lori. Ribuan tebu itu pun terangkat, menunggu giliran untuk digiling diolah menjadi gula.<br />

<br />

Hari itu hingga 5 bulan kedepan merupakan saat yang sibuk bagi para pekerja di pabrik gula Poerwodadie yang terletak di Magetan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Pabrik itu didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun1832 yang saat itu bernama Nederlands Hendel Maatschapij.<br />

<br />

Pada tahun 1959, Poerwodadie diambil alih kepemilikannya oleh Pemerintah Republik Indonesia dan pengelolaannya diserahkan kepada Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Pabrik itu pun pernah menjadi salah satu dari 179 unit pabrik gula yang pernah berdiri di Nusantara dan melambungkan Indonesia menjadi salah satu negara eksportir gula terkemuka di dunia.<br />

<br />

Namun seiring putaran mesin gilingan tua yang setiap tahunnya beroperasi 24 jam selama kurang lebih 5 bulan, satu demi satu pabrik penyokong gula nasional mulai berhenti beroperasi. Hingga kini hanya tersisa sekitar 60an pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia bahu membahu menyokong kebutuhan gula Tanah Air. <br />

<br />

Teks dan foto: Sigid Kurniawan

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi