KETIKA TENTARA BERSENJATA PENA

Andika Wahyu

Menjadi tentara apalagi di daerah kawasan perbatasan negara identik dengan sosok prajurit TNI berseragam loreng dengan senjata lengkap terkokang dan perlengkapan perang yang senantiasa melekat. Tapi ternyata tak semuanya seperti itu. Ada prajurit TNI yang meski tetap berpakaian loreng tapi mengganti senjatanya dengan pena. Ya, pena dan bahan ajar bagi siswa-siswi sekolah.

Kenyataan itulah yang terjadi di Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur, kawasan yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Tiga prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 142/KJ menjadi guru bantu di SD dan SMP di daerah perbatasan. Pratu TNI R. Sehite dan Prada TNI D. Rames mengajar di SD YPPK St Fransiscus Xaverius Yanggandur yang dekat denga pos Satgas Pamtas RI-PNG Yanggandur. Sementara Prada TNI Yoza Martelius mengajar di SMP Negeri Persiapan Yanggandur.

Matahari sudah mulai meninggi di salah satu sudut Kampung Yanggandur Distrik Sota, Merauke. Beberapa anak berseragam merah putih yang sebagian besar lusuh berjalan melintasi rumput yang tingginya hampir sepinggang mereka. Dengan cekatan mereka melewatinya meski tanpa alas kaki. Beberapa saat kemudia mereka akhirnya sampai di sekolah Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur.

Seorang siswa Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua mengikuti mata pelajaran matematika.

Prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 142/KJ Prada TNI D. Rames mengajar mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua.

Mereka berbaur dengan puluhan siswa-siswi lainnya. Riuh rendah percakapan dalam bahasa daerah suku Marind Kanum pun terdengar.

"Adik-adik silakan berbaris yang rapi, kita akan segera mulai kegiatan belajar mengajar," seru Prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 142/KJ Pratu TNI R. Sehite. Sejurus kemudian seorang siswa yang paling tinggi maju menyiapkan barisan untuk berdoa bersama dan kemudian masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar.

Prajurit TNI itu mengajar bahasa Indonesia dan matematika dan ilmu pengetahuan lainnya, keduanya mengaku mengalami sejumlah tantangan saat menjadi guru di daerah itu karena tidak semua murid fasih berbahasa Indonesia, mereka juga masih suka bolos sekolah saat istirahat karena harus membantu orang tua memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti mencari ikan, berburu, memangkur sagu dan lainnya, jumlah siswanya yang datangpun tidak menentu setiap harinya.

Siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur berbaris sebelum memulai kegiatan belajar mengajar di Distrik Sota, Merauke, Papua.

Siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur berbaris sebelum memulai kegiatan belajar mengajar di Distrik Sota, Merauke, Papua.

Semua prajurit TNI yang mengajar di sekolah perbatasan bisa memahami kondisi itu. Mereka menegaskan komitmennya untuk senantiasa mencurahkan ilmu kepada siswa, karena melihat siswa bisa berhitung, membaca dan belajar ilmu pengetahuan lainnya merupakan kebahagiaan tersendiri sebagai pengajar.

Menjaga daerah perbatasan ternyata tak harus selalu dengan pendekatan senjata tapi dengan pendekatan pena. Yakni membantu anak bangsa yang tinggal di kawasan terdepan negeri ini untuk berperang melawan buta huruf melalui pendidikan yang selanjutnya bisa mengukuhkan pondasi kebangsaan secara sukarela.

Seorang siswa mengikuti pelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua.

Prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 142/KJ Prada TNI D. Rames mengajar mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua.

Prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 142/K Prada TNI Yoza Martelius mengajar di SMP? Negeri Persiapan Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua.

Siswa-siswi berdoa sebelum memulai kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua.

Prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 142/KJ Prada TNI D. Rames mengajar mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua.

Siswa-siswi berjalan kaki menuju Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua.

Seorang siswa mengerjakan tugas di Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) St. Fransiscus Xaverius Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua.

Prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 142/K Prada TNI Yoza Martelius mengajar di SMP? Negeri Persiapan Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua.

Foto dan Teks: Andika Wahyu

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi