HITAM PUTIH KOPI LUWAK

Ismar Patrizki

Indonesia ialah surga kopi dunia. Itulah predikat yang diberikan komunitas kopi spesial dalam ajang pameran Specialty Coffee Association of America (SCAA) pada April 2015 lalu di Seattle, Amerika Serikat. Penahbisan Indonesia sebagai surga kopi dunia berdasarkan penilaian jumlah varian kopi yang banyak di Indonesia.

Salah satu varian kopi Nusantara yang kian banyak digemari di dalam maupun luar negeri, yakni kopi luwak. Varian kopi itu merupakan buah kopi berkualitas yang masak di pohon lalu dimakan dan terfermentasi di dalam perut luwak kemudian dikeluarkan bersama kotoran dalam bentuk biji kopi utuh yang dapat dibersihkan dan diproses seperti halnya biji kopi pada umumnya. Proses pembuatan yang unik membuat kopi luwak tersohor akan rasanya, dan diakui sebagai kopi yang istimewa, yaitu sebagai salah satu kopi termahal di dunia.

Salah satu produsen kopi luwak dapat dijumpai di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Luwakmas, begitu orang-orang mengenal produsen kopi yang dalam setahun baru mampu memproduksi satu ton kopi luwak untuk pasar domestik dan mancanegara. Sang pemilik perusahaan, Yekti Murih Wiyati, 39, mengaku permintaan kopi luwak kian tinggi dari waktu ke waktu. Menurut Yekti, perusahaannya kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar. Jangankan untuk ekspor skala besar, untuk pasar lokal saja masih belum terpenuhi seluruhnya.

Seekor Luwak (Paradoxurus Hermaphroditus) berada di dalam kandang di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Pemilik perusahaan Luwakmas, Yekti Murih Wiyati, memilah biji kopi luwak di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Luas lahan, keterbatasan waktu dan luwak yang berkualitas menjadi kendala utama produksi kopi luwak, tidak hanya bagi Yekti, tapi juga bagi para produsen lainnya di Indonesia. Jika melihat kendala tersebut, wajar rasanya bila peningkatan produksi kopi luwak di Indonesia pada 2015 berdasarkan data Asosiasi Kopi Luwak Indonesia (AKLI) terkesan minim, yaitu hanya sebesar lima persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 120 ton.

Komoditas kopi luwak ibarat harta terpendam yang baru tersibak di kerak bumi Nusantara. Keberadaannya masih menunggu tangan terampil putra-putri terbaik bangsa ini. Bukan tak mungkin, kopi luwak kelak akan dapat menjadi komoditas andalan serta menempatkan Indonesia sebagai penghasil kopi terbaik dan disegani di dunia.

Seorang pekerja memperlihatkan biji kopi luwak di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Seekor Luwak (Paradoxurus Hermaphroditus) berada di dalam kandang di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Biji kopi luwak dijemur di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Seorang pekerja menampi biji kopi luwak di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Seorang pekerja memperlihatkan kopi luwak yang sudah dibersihkan di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Seorang pekerja menumbuk biji kopi luwak di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Salah satu tempat kerja di sentra kopi Luwakmas di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Seorang barista menaburkan kopi luwak ke dalam sebuah wadah di salah satu kafe di Jakarta.

Seorang barista mempersiapkan kopi luwak di salah satu kafe di Jakarta.

Kopi luwak siap disajikan di salah satu kafe di Jakarta.

Foto dan Teks: Ismar Patrizki

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi