MENCETAK FIRMAN UNTUK YANG BERKEBUTUHAN

Muhammad Adimaja

Yayasan Raudhatul Makfufin, merupakan sebuah pesantren, tempat untuk menimba ilmu agama Islam, namun ada yang berbeda di sana.

Santri dan pengurus yayasan tersebut memiliki kekurangan dalam hal penglihatan dari rabun akibat katarak hingga kebutaan baik dari lahir atau karena kecelakaan sehingga yayasan tersebut lebih dikenal sebagai Taman Tunanetra.

Pondok pesantren yang didirikan pada tahun 1983 oleh guru para tunanetra bernama Alm. R Halim Soleh tersebut terletak di daerah Serpong, Tangerang Selatan, Banten dan menawarkan berbagai program seperti Program Pendidikan Paket A,B,C, Tahfidz Quran dan Pencetakan Alquran Braille.

Santri melintas di salah satu sudut ruangan di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Banten.

Suasana Yayasan Raudlatul Makfufin di Tangerang Selatan, Banten.

Yayasan tersebut merupakan lembaga yang pertama kali bisa mencetak Al Quran Braille, menurut Ketua Pembina Yayasan Raudhatul Makfufin Bapak Ahmad, yayasan tersebut mampu mencetak sekitar 3 sampai 4 set Alquran Braille.

Menurut Ahmad, dibutuhkan keuletan dan perjuangan yang panjang untuk mampu mencetak firman untuk yang berkebutuhan. Awalnya pada tahun 2000, yayasan tersebut mengajar 10 orang awas (normal indranya) untuk mengeja aksara Braille, baik latin maupun arab dimana kesepuluh orang tersebut di siapkan untuk mengentry (menulis) Alquran Braille ke dalam bentuk perangkat lunak di komputer.

Namun pada akhirnya semuanya mundur di tengah jalan dengan alasan tidak ada jaminan akomodasi dan transportasi. Hingga akhirnya muncul pemuda alumnus pesantren di Kediri, Jawa Timur bernama Zainal.

Santri tunanetra membaca Alquran dengan huruf Braille di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Banten.

Alquran dengan huruf Braille dicetak di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Banten.

Zainal akhirnya membantu Ahmad dan kawan-kawannya mengentry Alquran Braille, setelah semua berhasil mulailah mereka menyebar proposal untuk memohon bantuan biaya percetakan.

Usaha mereka pun tak sia-sia proposal pun sampai ke tangan orang nomer satu di Indonesia saat itu, BJ Habibie. Dari tangannya lah dana sebesar 75 juta rupiah dapat dibelikan satu printer Braille.

Lambat laun pemerintah pun memberikan subsidi untuk memperbanyak Alquran bagi penyandang tunanetra sehingga harga satu Alquran Braille dapat dijual hanya seharga 1,5 juta rupiah.

Sejumlah santri membaca Alquran dengan huruf Braille di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Banten.

Santri belajar membaca Alquran dengan huruf Braille di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Banten.

Alquran Braille itu pun saat ini telah dijual hingga ke Singapura dan Afrika Selatan. Harapan yayasan tersebut dengan adanya Alquran Braille tersebut firman Allah itu dapat dibaca dan dipahami bagi mereka yang tidak dapat melihat.

Pekerja menyusun Alquran dengan huruf Braille yang akan di kirim di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Banten.

Santri mengambil Alquran dengan huruf Braille yang ada di rak buku di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Banten.

Pengurus Yayasan Raudlatul Makfufin Ade berjalan di halaman bangunan Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Banten.

Foto dan Teks: Muhammad Adimaja

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi