BONJOUR PARIS

Ismar Patrizki

“What an immense impression Paris made upon me. It is the most extraordinary place in the world.” – Charles Dickens

Paris, siapa yang tidak mengenalnya? Ibu kota Prancis di tepian Sungai Seine ini merupakan kota yang menawan, salah satu destinasi utama saat warga mancanegara berkunjung ke Eropa. Rasanya kurang lengkap bila mengunjungi ‘Benua Biru’ bila belum menjejak Kota Paris yang identik dengan ikon Menara Eiffel.

Beragam sebutan ditujukan untuk Kota Paris, di antaranya Kota Romantis, Kota Mode, dan City of Light atau Kota Cahaya. Dalam perjalanan sejarah kejatuhan dan kejayaannya, Paris berevolusi dari pusat berbagai bidang mulai dari pendidikan, sains, seni, hiburan, hingga fesyen. Bahkan, kota yang dahulu merupakan permukiman warga subsuku Galia Kelt pada sekitar abad III bernama Lutetia atau Lutece ini telah berkembang demikian pesat menjadi kota metropolitan, pusat bisnis dan budaya di dunia.

Warga menyeberang di salah satu jembatan Sungai Seine, Paris.

Suasana salah satu sudut kawasan Avenue Montaigne, Paris.

Musim panas merupakan waktu yang sempurna untuk menikmati Kota Paris. Pendar cahaya mentari berpadu angin sejuk yang berembus dengan suhu di bawah 20 derajat celsius menciptakan suasana nyaman untuk menjelajah kota teromantis di dunia ini. Bangunan-bangunan berarsitektur neo-klasik yang masih cantik lestari terjaga menjadi latar indah bagi ekspresi nan bebas warga lokal. Sungguh, citra yang cantik menggugah gairah dan sisi romantis.

‘Bonjour’ menjadi sapaan khas antarwarga lokal, juga saat mereka menyapa ramah para pelancong. Jalur sepanjang Avenue des Champs-Elysees dan Avenue Montaigne dari Place de la Concorde sampai Arc de Triomphe tampak layaknya titian peraga bagi warga lokal berpenampilan trendi hingga glamor. Deretan kafe dan butik ternama melengkapi pagelaran modis Kota Paris.

Tak hanya mode, Kota Paris menawarkan perjalanan melintasi waktu, seolah kita berada di dalam lorong waktu melintasi potongan sejarah Prancis. Museum Louvre, bangunan yang dulunya merupakan istana, membuat siapa pun yang datang seakan menziarahi abad pertengahan dan masa kejayaan Renaissans. Kala itu, para bangsawan dan kaum borjuis gemar menikmati keindahan tiap sudut bangunan dan tamannya. Pengelanaan waktu dengan sensasi berbeda dirasakan saat berjalan dari Menara Eiffel menuju Montparnasse tempat para pelukis, penulis, dan seniman ternama berkumpul pada masa lalu.

Suasana salah satu sudut kota Paris.

Etalase salah satu butik fesyen ternama di Paris.

Dalam perjalanan waktu yang panjang sekali pun, keelokan Paris tak lekang, hanya mengukuhkannya menjadi magnet bagi wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Pemandangan Menara Eiffel dan sebagian Kota Paris terlihat dari Tour Montparnasse, Paris.

Seorang wanita berjalan di kawasan Avenue des Champs-Elysees, Paris.

Seorang wanita melintas di depan salah satu kafe di kawasan Avenue des Champs-Elysees, Paris.

Warga berjalan di salah satu lorong pertokoan di kawasan Louvre, Paris.

Seorang wanita berdiri di depan papan reklame di kawasan Avenue des Champs-Elysees, Paris.

Warga dan wisatawan memadati halaman Museum Louvre, Paris.

Souvenir magnet berupa replika lukisan La Joconde atau Mona Lisa karya Leonardo da Vinci di Paris.

Monumen Arc de Triomphe terlihat dari kawasan Avenue des Champs-Elysees, Paris.

Pemandangan sebagian Kota Paris terlihat dari Tour Montparnasse, Paris.

Foto dan Teks: Ismar Patrizki

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi