NEGERI PARA PEMBUAT PHINISI

Abriawan Abhe

Desa Tanah Lemo yang berada di Kecamatan Bonto Bahari, Bulukumba, Sulawesi Selatan tergolong salah satu desa yang istimewa, betapa tidak, desa yang berjarak lima jam melalui jalur darat dari kota Makassar itu terkenal sebagai sentra pembuatan kapal Phinisi di tanah air yang sudah termasyhur hingga mancanegara, Eropa bahkan Afrika.

Kapal Phinisi yang dihasilkan dari Bulukumba adalah kapal layar tradisional khas Indonesia yang bisa digunakan untuk beberapa keperluan. Selain dipesan untuk kapal penumpang, beberapa pembeli memesan untuk kapal kargo pengangkut barang bahkan ada pula Phinisi sebagai kapal pesiar yang lazim digunakan untuk keperluan wisatawan menyusuri kawasan wisata laut seperti kawasan Pulau Komodo atau Raja Ampat.

Phinisi umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau. Kemampuan masyarakat dalam membuat kapal Phinisi telah diwariskan secara turun temurun hingga sekarang. Teknik pembuatan kapal tersebut juga tidak dibuat secara tertulis atau gambar konstruksi kapal, namun hanya mengandalkan intuisi dan kemampuan warisan leluhur dalam menentukan keseimbangan dan ketelitian tinggi agar kapal dapat mengapung stabil di perairan.

Pekerja menyelesaikan pembuatan kapal di kawasan pembuatan Phinisi, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Pekerja menyelesaikan pembuatan kapal di kawasan pembuatan Phinisi, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Proses pembuatan kapal tidak membutuhkan banyak pekerja, hanya 5 sampai 10 orang pekerja dengan pembagian tugas masing-masing seperti ada yang memotong kayu, memasang baut, membor kayu dan menghaluskan kayu. Pengerjaannya diselesaikan dalam kurun waktu 5 bulan sampai 1 tahun. Kapal Phinisi dari Bulukumba ini memang tidaklah murah, tergantung peruntukan dan ukurannya, harga satu kapal bisa mencapai Rp300 juta hingga Rp1 miliar.

Kapal Phinisi yang hingga kini masih menjadi ikon masyarakat suku Bugis mempunyai sejarah panjang, sebagai suku bahari yang terkenal sebagai pelaut tangguh, mereka juga hebat dalam membuat kapal. Bahkan dalam kitab epik terkenal ‘La Galigo’, sejak abad ke-15 mereka sudah mampu membuat kapal yang digunakan untuk berlayar ke Tiongkok bahkan hingga Madagaskar.

Pekerja menyelesaikan pembuatan kapal di kawasan pembuatan Phinisi, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Suasana tempat pembuatan kapal Phinisi di Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan kapal di kawasan pembuatan Phinisi, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Sebuah kapal Phinisi disiapkan untuk berlayar di laut di kawasan pembuatan Phinisi, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Suasana tempat pembuatan Kapal Phinisi di Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Pekerja menyelesaikan lambung kapal di kawasan pembuatan Phinisi, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Pekerja menyelesaikan pembuatan kapal di kawasan pembuatan Phinisi, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Sejumlah pekerja menyelesaikan lambung kapal di kawasan pembuatan Phinisi, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan kapal di kawasan pembuatan Phinisi, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Foto dan Teks: Abriawan Abhe

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi