WARNA-WARNI LUKISAN JELEKONG

Andika Wahyu.

Tiga pria duduk bersimpuh. Kuas yang sudah dicelup cat acrylic perlahan mereka sapukan di atas kanvas. Perlahan kemudian imaji pun muncul: buruh tani di sawah, ikan koi yang sedang berenang, dan bunga mawar dalam vas. Itulah sepenggal kisah produksi lukisan di salah satu sudut sanggar lukis di kawasan desa wisata Jelekong, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Perkampungan yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Bandung ini berubah menjadi kampung budaya dan wisata setelah hampir empat dekade memproduksi gambar atau lukisan secara massal.

Keahlian melukis pada penduduk Jelekong diwariskan secara turun-temurun. Pelukis Odin Rohidin adalah orang pertama yang memperkenalkan seni lukis di desa tersebut pada tahun 1970-an. Dari Odin Rohidin, warga berguru melukis yang kemudian membentuk kampung pelukis di Jelekong.

Seorang pelukis menyelesaikan lukisan pemandangan khas pedesaan

Warna-warni cat minyak di atas palet

Saat ini ratusan kepala keluarga di Jelekong menggantungkan hidupnya dari produksi lukisan-lukisan itu. Salah seorang pemilik sanggar lukis, Willy, merupakan generasi kedua dalam keluarganya yang menekuni bisnis lukisan. Ayahnya, Haji Kosim, adalah salah satu murid Odin Rohidin. Willy yang menaungi 10 pelukis di sanggarnya, bisa menghasilkan sekitar 500 lembar lukisan berbagai ukuran dengan rentang harga Rp50.000 hinggga jutaaan rupiah.

Lukisan-lukisan itu dipasarkan selain ke daerah Braga di Bandung, juga ke berbagai kota seperti Bali, Surabaya, Semarang, Jogjakarta, bahkan hingga ke Malaysia.

Selera pasar akan lukisan Jelekong senantiasa berubah. Jika dulu pemandangan khas pedesaan menjadi primadona pasar, kini lukisan ikan koi dan lukisan abstrak perlahan diminati pasar.

Sejumlah lukisan dijemur, sementara seorang pekerja mengecek kanvas polos yang akan digunakan sebagai media melukis

Warga berjalan di antara lukisan yang dijemur dan kanvas polos di kampung pelukis Jelekong

"Kunci untuk bertahan yakni selalu berinovasi dan peka membaca selera pasar," kata Willy, yakni bersama pelukis di sanggarnya kini melukis tidak hanya dengan kuas, tapi juga dengan potongan sandal jepit dan busa.

Pemilik sanggar lukis Willy menunjukkan lukisan karya bapaknya, Haji Kosim

Pelukis menggambar lukisan pemandangan khas pedesaan di sebuah sanggar lukis milik Willy

Pemilik sanggar lukis, Willy, menunjukkan contoh lukisan karya bapaknya, Haji Kosim

Pemilik sanggar lukis, Willy, menunjukkan contoh lukisan pemandangan khas pedesaan

Seekor kucing berada di samping beberapa lukisan karya pelukis sanggar Willy

Pejalan kaki melintas di depan deretan lukisan karya pelukis Jelengkong yang dipajang di jalan Braga, Bandung, Jabar

Deretan lukisan karya pelukis Jelengkong yang dipajang di jalan Braga, Bandung, Jabar

Pemilik sanggar lukis Willy (kedua kiri) bersama para pelukisnya Dudin (kiri), Hamdan (kedua kanan) dan Acep (kanan) menunjukkan sejumlah lukisan karya mereka

Foto dan teks : Andika Wahyu.

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi