WIWITAN DAN PENGHORMATAN PADA SEDULUR SIKEP

Andreas Fitri Atmoko

Daun bendera tanaman padi yang mulai kering dan gabah mulai menguning menjadi suka cita bagi para petani karena menjadi pertanda padi telah siap dipanen. Dalam masyarakat Jawa yang sarat akan tradisi sebelum memulai panen, petani akan melakukan upacara adat 'wiwitan' atau dimulainya panen padi.

Upacara adat ini menjadi simbol wujud syukur petani kepada Tuhan serta bumi sebagai 'sedulur sikep'. Bumi adalah 'sedulur sikep' bagi masyarakat Jawa karena bumi dianggap sebagai saudara yang wajib dihormati, dijaga dan dilestarikan untuk kehidupan.

Tradisi di kalangan petani yang juga menjadi sarana silaturahmi masyarakat ini sebenarya telah ada sejak zaman dahulu. Namun seiring perkembangan zaman tradisi itu mulai jarang ditemukan dan hampir punah.

Warga membawa makanan yang akan digunakan untuk makan bersama di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Warga membawa kendi berisi air yang akan disiramkan di areal persawahan di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Atas kegelisahan itu petani di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta berupaya kembali menghidupkan tradisi tersebut. Menjelang panen padi awal tahun 2017 ini, terlihat sejumlah warga berbusana adat Jawa beriringan membawa gunungan padi, gunungan buah-buahan hingga 'ubo rampe' atau perlengkapan yang biasa digunakan untuk sesaji menuju areal persawahan guna menggelar upacara "Wiwitan".

Sesampainya di areal persawahan, 'Mbah Kaum' atau orang yang dituakan memimpin doa mengucap syukur atas panen padi kali ini. Seusai berdoa, warga kemudian secara bersama-sama makan nasi gurih yang dibagikan.

Tak luput, sejumlah anak muda digandeng untuk terlibat dalam upacara itu agar mereka mengenal tradisi yang telah lama ada di tanah Jawa.

Warga menata ubo rampe di areal persawahan di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Ubo rampe atau perlengkapan sesaji yang akan dibawa ke areal persawahan di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Seorang petani menunjukkan padi yang dipanen di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Warga membawa sesaji menuju areal persawahan di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Prosesi menuju areal persawahan di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Peralatan pertanian tradisional di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Padi yang sebentar lagi akan dipanen di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Memanggul gunungan padi kering di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Makan bersama seusai memanjatkan doa di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Janur kuning diikat sebagai simbol penangkal petaka di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Ani-ani, alat yang biasa digunakan untuk memanen padi di Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.

Foto dan Teks: Andreas Fitri Atmoko

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi