MENGENAL ADAT PERNIKAHAN SUKU KULAWI

Fiqman Sunandar

Suku Kulawi atau 'Tokulawi' merupakan salah satu suku yang mendiami dan tersebar di bagian selatan kawasan Danau Lindu, dataran Kulawi Induk, Gimpu dan DAS Koro Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Wilayah itu diketahui telah dihuni sejak masa prasejarah, hal itu terbukti dari ditemukannya megalitik yang sudah berumur 3000 tahun.

Suku Kulawi sejak zaman dahulu mengelompokkan diri sendiri menjadi kerajaan Kulawi, sebuah kerajaan kecil yang rajanya disebut Magau atau Sangkala. Suku Kulawi juga dikenal kaya akan adat istiadatnya, salah satunya adalah adat pernikahan.

Prosesi pernikahan adat atau 'Pmemua' cukup panjang yang dilaksanakan selama dua hari. Hari pertama, dimulai dengan prosesi Tari Raego sebagi penanda dimulainya tari nikah adat dengan lantunan syair-syair Kulawi kuno untuk menyambut mempelai pria.

Sepasang mempelai diusung dengan tandu saat melaksanakan prosesi pernikahan adat Kulawi 'Pmemua' di OLobodju, Sigi, Sulawesi Tengah.

Masyarakat suku Kulawi menyambut kedatangan rombongan mempelai pria di Sigi, Sulawesi Tengah.

Setelah itu keluarga, tokoh adat dan utusan mempelai pria menuju depan pintu rumah mempelai wanita yang tertutup sambil menghentakkan kaki tiga kali. Dari balik pintu terdengar sahutan dalam bahasa Kulawi, "hema hangami" siapa di luar dan utusan mempelai pria menyebutkan nama pria tersebut dengan benar, agar pintu terbuka.

Setelah pintu terbuka, disambut taburan beras kuning ke arah kepala sang mempelai pria, suasana riang kebahagiaan pun terlihat di raut wajah keluarga mempelai wanita. Setelah ritual ritual makan kapur sirih, acara ditutup dengan santap makan bersama.

Hari kedua, dilaksanakan ritual 'Mojunu' yang bermakna pembersihan diri untuk menjalani kehidupan rumah tangga, dilanjutkan dengan "Mantime Bengka" yakni menyembelih kerbau, serta berjalan di atas pelepah daun pinang sebagai simbol diterimanya mempelai pria menjadi satu keluarga.

Sejumlah keluarga mempelai wanita menggunaan baju adat Kulawi 'Vuya' ketika prosesi pernikahan adat Kulawi di Palu, Sulawesi Tengah.

Sejumlah keluarga mempelai wanita menggunaan baju adat Kulawi 'Vuya' ketika prosesi pernikahan adat Kulawi di Palu, Sulawesi Tengah.

Sepasang mempelai bersama keluarga disambut dengan Tari Raego dan kepala kerbau yang bermakna mempelai pria siap menjalani kehidupan sebagai pemimpin dalam keluarga di Palu, Sulawesi Tengah.

Totua adat dijamu dengan menu adat sayur daging khas suku Kulawi saat prosesi pernikahan adat Kulawi 'Pmemua' di Palu, Sulawesi Tengah.

Sepasang mempelai beserta keluarga dan totua adat santap makan bersama di Sigi, Sulawesi Tengah.

Sejumlah totua adat (orang tua adat) mempersiapkan 'Sambulugana' seserahan untuk mandi pembersihan 'Mojunu' saat prosesi pernikahan adat Kulawi 'Pmemua' di Sigi, Sulawesi Tengah.

Seorang totua adat (orang tua adat) bersiap untuk ritual mandi pembersihan 'Mojunu' saat prosesi pernikahan adat Kulawi 'Pmemua' di Sigi, Sulawesi Tengah.

Penyembelihan kerbau (Mantime Bengka) merupakan salah satu ritual saat melaksanakan prosesi pernikahan adat Kulawi 'Pmemua' di Palu, Sulawesi Tengah.

Sepasang mempelai berjalan di atas pelepah daun pinang dituntun oleh ketua dewan adat saat melaksanakan prosesi pernikahan adat Kulawi 'Pmemua' di Palu, Sulawesi Tengah.

Pasangan pengantin menikmati menu adat sayur daging khas suku Kulawi ketika prosesi pernikahan adat Kulawi 'Pmemua' di Palu, Sulawesi Tengah.

Foto dan Teks: Fiqman Sunandar

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi