JALAN PANJANG N219 NURTANIO

M Agung Rajasa

Jam menunjukkan pukul 08.00 WIB, ratusan anak-anak dari beberapa sekolah dasar berkumpul memegang pesawat kertas berwarna merah dan putih di Base Ops, Lanud Halim Perdanakusuma di sela menunggu kehadiran sang Presiden Joko Widodo pada acara peresmian pemberian nama burung besi N219 karya anak bangsa.

Presiden menghadiri peresmian penyematan nama pesawat karya anak bangsa, Nurtanio untuk pesawat transportasi nasional N219. Kata Nurtanio diambil dari nama perintis pesawat terbang Indonesia, Laksamana Muda (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo, sosok pembuat pesawat pertama “all metal and fighter” Indonesia bernama Sikumbang.

Pesawat N219 merupakan hasil kerjasama antara PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sejak 11 tahun lalu. PTDI memulai konsep N219 sebagai solusi konektivitas di wilayah terpencil Indonesia.

Insinyur menyelesaikan perakitan purwarupa ke-2 dan ke-3 pesawat N219 Nurtanio di Hanggar Assembly Line N219, Bandung, Jawa Barat.

Insinyur PTDI melakukan review avionics dan flight deck design di Design Center N219 di PTDI, Bandung, Jawa Barat.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di tahun 2008 hingga 2015 memulai pengujian aerodinamika yang berlokasi di Serpong, Tangerang Selatan, dan berlanjut pengujian komponen pesawat, mesin produksi dan uji terbang. Namun target sertifikasi uji terbang yang awalnya pada tahun 2014-2015 baru bisa dilakukan tahun 2017.

Proses uji terbang burung besi N219 Nurtanio masih berlangsung hingga saat ini untuk memiliki sertifikasi internasional. Dari keseluruhan total jam terbang 300 jam, pesawat tersebut baru memiliki jam terbang selama 8,5 jam.

Pesawat juga akan melalui serangkaian pengujian tes olah gerak (static test) guna mengukur sejauh mana pesawat dapat menahan beban maksimal, tes ketahanan tekanan (fatigue test) guna melihat seberapa panjang usia ekonomis.

Karyawan PTDI menyelesaikan perakitan bagian pesawat berbahan composite di Hanggar Assembly Line N219 PTDI, Bandung, Jawa Barat.

Karyawan PTDI menyelesaikan perakitan akhir dari purwarupa ke-2 dan ke-3 pesawat N219 Nurtanio di Hanggar Assembly Line N219, Bandung, Jawa Barat.

Pesawat ini berkapasitas 19 penumpang, digerakkan dua mesin turboprop Pratt and Whitney yang mengacu kepada regulasi CASR Part 23 Angkutan Udara. Dengan mesin itu Nurtanio mampu terbang dengan kecepatan hingga 213 knots serta mendarat di landasan pendek sehingga mudah beroperasi di daerah terpencil. Salah satu keunggulan pesawat ini memiliki kemampuan mengangkat beban lebih besar dari pesawat sejenisnya.

Saat ini PTDI berupaya untuk menaikkan kapasitas produksi menjadi 30-40 unit per tahun. Dalam membangun pesawat ini PTDI telah mendapatkan alokasi dana APBN via LAPAN sebesar Rp600 miliar dan dari internal PTDI sebesar Rp227 miliar dengan total nilai proyek Rp827 miliar.

Papan tulis berisi pesan-pesan untuk karyawan PTDI di Hanggar Assembly Line N219, Bandung, Jawa Barat.

Salah satu ruang karyawan PTDI beristirahat di Hanggar Assembly Line N219, Bandung, Jawa Barat.

Karyawan PTDI menyelesaikan perakitan akhir dari purwarupa ke-2 dan ke-3 pesawat N219 Nurtanio di Hanggar Assembly Line N219, Bandung, Jawa Barat.

Karyawan PTDI melakukan pengecekan dan menyiapkan material standard part untuk instalasi di pesawat N219 di PTDI, Bandung, Jawa Barat.

Karyawan PTDI menyelesaikan perakitan akhir dari purwarupa ke-2 dan ke-3 pesawat N219 di Hanggar Assembly Line N219, Bandung, Jawa Barat.

Insinyur PTDI memeriksa tampilan avionic Garmin G-1000 di dalam kokpit pesawat N219 di Hanggar Assembly Line N219, Bandung, Jawa Barat.

Karyawan PTDI menyelesaikan perakitan akhir dari purwarupa ke-2 dan ke-3 pesawat N219 Nurtanio di Hanggar Assembly Line N219, Bandung, Jawa Barat.

Captain Esther Gayatri Saleh berpose sebelum pemberian nama pesawat N219 oleh Presiden Joko Widodo di Base Ops, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Presiden Joko Widodo (tengah) bersama anak-anak melepas pesawat kertas sebelum pemberian nama pesawat N219 di Base Ops, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Foto dan Teks: M Agung Rajasa

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi