PERINGATAN 17 TAHUN TRAGEDI BOM BALI

Fikri Yusuf

Ratusan orang yang awalnya khusyuk berdoa pada peringatan 17 tahun Bom Bali, tiba-tiba sedikit riuh ketika seorang perempuan jatuh pingsan di halaman Monumen Bom Bali, Kuta. Perempuan itu bernama Chusnul Chotimah, yaitu seorang penyintas yang tak kuasa menahan dukanya karena teringat kejadian yang dialaminya. Dia salah satu dari ratusan orang yang menderita luka-luka dan bisa selamat dari ledakan bom tersebut. Teror mengerikan 12 Oktober tahun 2002 itu hingga kini menyisakan kenangan pilu dan membekas dalam ingatan mereka.

Para penyintas selalu terbayang dengan kejadian bagaimana harus berjuang antara hidup dan mati akibat ledakan bom yang menghancurkan Paddy's Pub dan Sari Club di Jalan Legian.

Guratan-guratan luka di tubuh yang masih membekas menjadi bukti bagaimana dahsyatnya serangan teroris 17 tahun silam tersebut.

Meski disebut beruntung berhasil selamat dari kejadian itu, tapi mereka harus tetap bertarung dengan rasa sakit baik itu fisik maupun non-fisik. Tak jauh beda juga dengan para suami, istri, anak, orang tua, sahabat dan kerabat dari 202 korban tewas dari peristiwa itu. Hingga saat ini mereka masih sulit melupakan kejadian tragis tersebut.

"Ini sangat menyedihkan, kami sangat sulit menerima keadaan. Kami datang ke sini untuk mengenang dan mendoakan anak-anak kami. Dan dengan datang ke tempat ini dapat memberikan kekuatan bagi kami untuk melanjutkan hidup," ujar Takako Suzuki, warga negara Jepang yang merupakan ibu dari Kosuke Suzuki yang tewas bersama istrinya Yuka Suzuki. Dia setiap tahun datang dari Negeri Sakura bersama anggota keluarganya untuk berdoa.

Pada 12 Oktober 2012 yang merupakan peringatan satu dekade tragedi bom Bali, menjadi momentum peringatan terakhir. Memang sejak saat itu peringatan bom Bali secara resmi tidak pernah lagi diadakan tapi para penyintas dan keluarga korban hingga kini masih belum bisa melupakannya. Hingga tahun ke-17, peringatan berupa doa-doa dan tabur bunga masih dilakukan di Monumen Bom Bali, Legian, Kuta.

Foto dan Teks : Fikri Yusuf

Editor : Andika Wahyu

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi