DARI LAPAS MENUJU KE HOTEL BERBINTANG

Iggoy el Fitra

Dari balik pintu dan teralis besi, keheningan pecah seiring dengan lantangnya suara penceramah di dalam masjid. Pagi itu, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Muaro Padang, Sumatera Barat menggelar tausiyah yang diikuti seluruh warga binaan pemasyarakatan (WBP).

Tausiyah tersebut merupakan kegiatan rutin yang digelar di Masjid Takwa yang berada dalam lingkungan lapas. Satu dari sekian banyak kegiatan rutin yang diikuti oleh warga binaan.

Di Lapas peninggalan zaman Belanda yang dibangun pada tahun 1911 tersebut terdapat 12 unit kegiatan pembinaan kemandirian yang dibagi dalam tiga kategori yakni jasa, manufaktur dan industri serta agribisnis sesuai dengan program Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI.

Seorang warga binaan pemasyarakatan (WBP) menunjukan sandal hotel (slipper) yang sudah jadi di bengkel kerja, Lapas Kelas II A Muaro Padang.

Seorang warga binaan pemasyarakatan (WBP) memotong bahan untuk pembuatan sandal hotel (slipper) di bengkel kerja, Lapas Kelas II A Muaro Padang,

Beberapa di antaranya adalah pembuatan sandal hotel, lidi sawit, desain interior, pembuatan roti, salon potong rambut, anyaman lidi dan menjahit yang kegiatannya dipusatkan di bengkel kerja.

Salah satu produksi yang sedang digenjot adalah sandal hotel, karena makin banyak permintaan dari sejumlah hotel berbintang di provinsi itu.

Sandal hotel atau slipper di dalam kamar hotel merupakan salah satu kebutuhan yang disediakan pihak hotel bagi tamu yang menginap. Walau tersedia berbagai macam jenis sandal, namun yang paling umum adalah yang berwarna putih berbahan karet tipis dan diberi merek nama hotel.

Sejumlah warga binaan pemasyarakatan (WBP) melakukan pengeleman sandal hotel (slipper) di bengkel kerja, Lapas Kelas II A Muaro Padang.

Sejumlah warga binaan pemasyarakatan (WBP) melakukan pengeleman sandal hotel (slipper) di bengkel kerja, Lapas Kelas II A Muaro Padang.

Lapas Kelas II A Muaro Padang memproduksi sandal hotel dengan kualitas yang tak kalah bagus dengan buatan pabrik. Itu semua hasil karya warga binaan.

Sedikitnya 21 warga binaan memproduksi sandal hotel setiap hari. Mereka dibagi tugas mulai dari memotong bahan, mencetak motif dan sablon, pengeleman hingga penghalusan hasil gunting bahan sandal sebanyak dua kali.

Produksi tersebut merupakan bagian dari program kemandirian produktif yang terus ditingkatkan sebagai upaya dari pembinaan terhadap warga binaan.

Seorang warga binaan pemasyarakatan (WBP) menyablon merek sandal hotel (slipper) di bengkel kerja, Lapas Kelas II A Muaro Padang.

Warga binaan pemasyarakatan (WBP) melakukan proses pengececekan akhir saat membuat sandal hotel (slipper) di bengkel kerja, Lapas Kelas II A Muaro Padang.

Kasubsi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja Lapas Muaro Padang, Fadli mengatakan saat awal produksi, sebanyak 900 pasang sandal pernah ditolak hotel karena kualitas yang tidak bagus.

Kemudian, diproduksi kembali dengan memperbaiki kekurangan tersebut, sehingga warga binaan sudah semakin mahir membuat sandal hotel dan sangat memperhatikan hal yang detail.

Pihak lapas juga terus melakukan evaluasi secara rutin pascaproduksi untuk menjaga kualitas sandal yang dibuat.

Petugas lapas membimbing seorang warga binaan pemasyarakatan (WBP) saat mengecek kualitas sandal hotel (slipper) yang dibuat di bengkel kerja, Lapas Kelas II A Muaro Padang.

Seorang warga binaan pemasyarakatan (WBP) memindahkan sandal hotel (slipper) yang baru dibuat untuk dikemas di bengkel kerja, Lapas Kelas II A Muaro Padang.

Kini, Lapas Muaro Padang meningkatkan target produksi sendal hotel buatan warga binaan dari lima ribu pasang per bulan pada 2021 menjadi sepuluh ribu per bulan pada 2022.

"Tahun ini kami menargetkan dalam sebulan bisa memproduksi sepuluh ribu pasang sandal hotel, sebagai langkah menggenjot produktifitas serta potensi ekonomi," kata Kasi Kegiatan dan Kerja Lapas Muaro Padang Syafri Naldi.

Sandal buatan narapidana itu kini juga dilirik oleh hotel-hotel berbintang lainnya untuk bekerja sama, karena berhasil menjaga kualitas produk. Bahkan ada juga sejumlah rumah sakit yang berminat.

Petugas lapas membawa sandal hotel yang sudah dikemas untuk dibawa ke hotel berbintang.

Karyawan hotel meletakan sandal hotel buatan warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Muaro Padang di dalam kamar sebuah hotel berbintang.

Kini jumlah hotel yang sudah bekerja sama dengan Lapas Padang sebanyak enam hotel tersebar di Sumatera Barat.

Dari produksi lima ribu pasang sandal dalam sebulan, Lapas dapat meraup pendapatan mencapai Rp17 juta. Dari pendapatan tersebut, sebanyak 50 persen diberikan untuk warga binaan yang bekerja. Sisanya untuk biaya operasional dan bahan.

Dua pasang sandal hotel buatan warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Muaro Padang tersedia di sebuah kamar hotel berbintang.

Sejumlah warga binaan pemasyarakatan (WBP) beraktivitas di bengkel kerja, Lapas Kelas II A Muaro Padang.

Foto dan Teks: Iggoy el Fitra

Editor: Widodo S Jusuf

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi