MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI PACU JAWI DI RANAH MINANG

Iggoy el Fitra

Pacu Jawi (bahasa Minang) atau yang dapat disebut sebagai "balapan sapi" dalam bahasa Indonesia merupakan tradisi sehabis masa panen padi sebagai wujud rasa syukur yang digelar setiap bulan dan bergantian di empat kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yakni Kecamatan Limo Kaum, Rambatan, Pariangan dan Sungai Tarab.

Selain sebagai wadah untuk meningkatkan harga jual sapi, Pacu Jawi juga menjadi media untuk meningkatkan kesehatan Jawi (Sapi). Selain itu, ajang ini selalu ditunggu-tunggu masyarakat karena menjadi sarana hiburan bagi mereka.

Saat pandemi COVID-19 tiba, atraksi permainan itu sempat dihentikan. Kemudian pada tahun 2021, kembali dicoba digelar namun Pemerintah Kabupaten Tanah Datar terpaksa kembali melarang karena dinilai melanggar protokol kesehatan.

Warga mendandani dua ekor sapi terbaik bernama Rajawali dan Jenggo sebelum diikutkan Pacu Jawi.

Seekor sapi bernama Jenggo didandani sebelum diikutkan Pacu Jawi.

Sejak itu, permainan tradisional itu pun hanya dilakukan terbatas. Digelar hanya berupa latihan tanpa penonton.

Saat kasus COVID-19 mulai mereda, pemerintah daerah kembali mempertimbangkan untuk membuka ajang Pacu Jawi sejalan dengan kalender pariwisata Tanah Datar 2022. Sehingga pada Februari 2022, ajang tersebut kembali digelar.

Pacu Jawi perdana itu digelar di Nagari Labuah Parambahan, Kecamatan Limo Kaum. Sejak minggu pertama hingga minggu terakhir, warga antusias mengikutinya.

Sejumlah orang berpawai mengarak makanan menuju lokasi Pacu Jawi.

Sejumlah sapi bersiap mengikuti Pacu Jawi.

Pada minggu terakhir, dua sapi terbaik didandani dengan aksesoris berupa sunting. Dua sapi itu bernama Jenggo dan Rajawali, sapi-sapi yang berbadan kekar dan besar.

Tak berapa lama pun kedua sapi itu bergabung dengan arak-arakan pawai yang membawa dulang berisi makanan menuju ke sawah pacuan.

Meskipun Pacu Jawi baru akan dimulai pukul 13.00 WIB, namun warga sudah mendatangi lokasi pacuan sejak pagi. Mereka melihat arak-arakan dulang dan sapi yang didandani, kemudian menikmati jajanan dan kuliner yang dijual di pasar dadakan, bersebelahan dengan lintasan balapan sapi tersebut.

Warga melihat persiapan digelarnya Pacu Jawi.

Joki memacu sapinya saat digelar Pacu Jawi.

Saat matahari mulai bergeser ke ufuk barat, warga baru bisa melihat ratusan sapi yang datang bergantian berpacu bersama joki. Mereka rela berdesak-desakan melihat sapi atau joki idola mereka beraksi. Meskipun terkadang, ada sapi-sapi yang berlari ke tengah-tengah penonton dan membuat histeris.

Namun, sapi-sapi yang berpacu keluar dari lintasan hanya sesekali saja. Para joki dan pemilik sapi berupaya agar sapi mereka berjalan sesuai jalur pacu. Sebab, sapi siapa yang jalan paling lurus adalah yang paling bagus.

Joki memacu sapinya saat digelar Pacu Jawi.

Sepasang sapi berlari keluar lintasan balapan menuju arah penonton saat ajang Pacu Jawi.

Joki memacu sapinya saat digelar Pacu Jawi.

Joki memacu sapinya saat digelar Pacu Jawi.

Joki memacu sapinya saat digelar Pacu Jawi.

Foto dan teks: Iggoy el Fitra

Editor: Widodo S Jusuf

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi