PURUN, SEDOTAN PENYELAMAT LINGKUNGAN DARI LADANG RAWA

Fakhri Hermansyah

Sampah plastik di Indonesia, berdasarkan data Asosiasi IndustriÊPlastik Indonesi (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 64 juta per tahun. Sebanyak 32 juta ton diantaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Untuk itu, pemerintah terus menyerukan pengurangan pemakaian plastik sekali pakai.

Di Belitung, salah satu UMKM yaitu Purunea Eco Straw memproduksi sedotan berbahan dasar tanaman purun. Sang pemilik, Hartati (43) terinspirasi untuk mengangkat tanaman liar tersebut menjadi produk yang bernilai tambah dan dapat menjadi solusi untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Tanaman liar yang tumbuh subur di lahan gambut itu awalnya hanya digunakan untuk tali pengikat kerajinan tikar saja. Namun setelah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menemukannya di salah satu desa wisata di Belitung, tanaman tersebut naik pamor dan menjadi perbincangan masyarakat. Produk purun pun dibawa ke kancah internasional, saat Menparekraf memperkenalkannya di podium Sidang Umum PBB.

Tanaman purun yang tumbuh liar di sekitar rawa-rawa.

Pekerja melakukan proses pengeringan tanaman purun dengan menggunakan oven.

Tanaman purun yang dipilih menjadi sedotan berasal dari ladang sekitar rawa-rawa sungai di Belitung dan berumur tiga hingga empat bulan. Purun dipanen dengan cara dipangkas agar sisanya masih dapat tumbuh dan digunakan kembali.

Hartati bersama suaminya, sejak 2019-2020 melakukan riset untuk memproduksi sedotan berkualitas berbahan alam. Untuk memndapatkan sedotan berkualitas, Purunea Eco Straw sangat memperhatikan proses produksi dari hulu ke hilir.

Mulai dari pemilihan bahan baku, kebersihan dan pengemasannya. Hartati menggunakan barang modifikasi orang tuanya untuk peralatan produksi seperti kompor, mesin pengering dan alat potong purun.

Pekerja mengukur tanaman purun yang sudah dikeringkan untuk proses pemotongan.

Pekerja memeriksa sedotan purun yang akan dikemas.

Purunea Eco Straw saat ini mempekerjakan 13 pegawai yang merupakan ibu-ibu sekitar dengan rata-rata produksi 10 ribu sedotan per hari. Sedotan purun itu diproduksi dalam dua kemasan isi 50 dan 100, dengan harga jual Rp50.000-Rp100.000.

Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) menurut Hartati merupakan wujud dukungan pemerintah untuk memperkenalkan produk-produk UKM potensial.

Ia berharap, Gernas BBI mendorong masyarakat Indonesia semakin mencintai produk buatan dalam negeri sehingga masyarakat global akan semakin percaya dengan kualitas produk Indonesia.

Pekerja mengemas sedotan berbahan dasar tanaman puruh untuk dipasarkan.

Pengunjung mengamati sedotan purun saat bazar UMKM pada acara Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) Cahaya Bangka Belitung.

Sedotan dari tanaman purun digunakan kafe The Well Belitung.

Foto dan teks : Fakhri Hermansyah

Editor : Puspa Perwitasari

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi