DARI ROKAN MENUJU KEMANDIRIAN ENERGI

Akbar Nugroho Gumay

Perlahan matahari meninggi di ufuk timur, saat seorang pekerja mengecek naik turunnya pompa angguk yang sedang menambang minyak di Lapangan Duri, Blok Rokan, Riau. Pancaran sinar tersebut seolah menandakan harapan. Hal ini dikarenakan, Blok Rokan yang memiliki berbagai potensi berhasil mempertahankan kejayaan pascaalih kelola dari operator lama ke Pertamina Hulu Rokan (PHR) sejak 9 Agustus 2021 pukul 00.01 WIB.

Alih kelola Blok Rokan itu menjadi salah satu prestasi membanggakan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang berambisi untuk menciptakan kemandirian energi serta mengurangi impor migas. "Pengalihan pengelolaan ini adalah sebuah tantangan. Kita ditantang untuk membuktikan kemampuan kita. Jangan sampai produktivitas Blok Rokan menurun setelah kita kelola sendiri," ujar Presiden Joko Widodo secara virtual usai kegiatan alih kelola.

PHR juga secara agresif melakukan pengeboran sumur-sumur baru guna menambah jumlah lifting minyak. Sejak awal alih kelola hingga Agustus 2022, PHR telah menambah lebih dari 370 sumur baru, atau menambah satu sumur per hari.

Pekerja Pertamina Hulu Rokan melakukan pengecekan pompa angguk yang beroperasi di Lapangan Duri, yang merupakan salah satu lapangan injeksi uap terbesar di dunia di Blok Rokan, Riau.

Pekerja Pertamina Hulu Rokan berjalan menaiki tangki pengumpul produksi minyak (Tank Farm) di Dumai, Riau.

Pada tahun 2022, PHR menargetkan penambahan 400-500 sumur baru. Capaian ini diharapkan mampu membuat Blok Rokan menjadi menjadi blok migas terbesar di tanah air pada tahun ini, menyalip Blok Cepu dengan produksinya sebesar 169 ribu BPOD.

Dengan semboyan "one team, one goal" para pekerja Pertamina Hulu Rokan bahu membahu untuk meningkatkan produksi minyak, tidak hanya pekerja lapangan seperti pekerja pengeboran, pekerja teknisi tapi juga pengawas lapangan hingga petugas laboratorium.

Kini genap satu tahun sudah pascaalih kelola Blok Rokan. Seakan menjawab tantangan orang nomor satu di tanah air itu, PHR mampu memberikan jawaban dengan prestasi. Tidak hanya mempertahankan, PHR justru mampu meningkatkan jumlah lifting minyak yang mencapai rata-rata sekitar 162 ribu BOPD (barel minyak per hari) jauh lebih tinggi dari angka 158,5 ribu BOPD saat awal alih kelola.

Pekerja Pertamina Hulu Rokan mengamati proses lifting minyak melalui layar digital di ruang kontrol Central Gathering Station (CGS) 10 di Lapangan Duri, yang merupakan salah satu lapangan injeksi uap terbesar di dunia di Bengkalis, Riau.

Foto udara proses pengapalan lifting minyak mentah produksi Pertamina Hulu Rokan (PHR) di salah satu dermaga minyak Pelabuhan Dumai, Riau.

Selain itu PHR juga berhasil memperpendek waktu pengeboran hingga produksi awal atau put on production (POP) dari 15-22 hari menjadi 15 hari untuk area operasi Sumatra Light Oil (SLO) dan dari 35-40 hari menjadi 15 hari untuk area operasi Heavy Oil (HO).

Tidak hanya berkontribusi kepada peningkatan lifting minyak secara nasional. PHR juga berkontribusi kepada lingkungan sekitar wilayah kerja Blok Rokan. Dua diantaranya meliputi pemberian bantuan untuk menuntaskan kasus-kasus stunting serta pemberian bantuan dan pelatihan dalam program konservasi gajah.

Dengan kerja keras bersama, bukan tidak mungkin kemandirian energi yang menjadi cita-cita bangsa akan dapat terwujud. Dan langkah menuju ke sana dapat dimulai dari Rokan.

Pekerja melakukan proses pengapalan lifting minyak mentah produksi Pertamina Hulu Rokan (PHR) di salah satu dermaga minyak Pelabuhan Dumai, Riau.

Pekerja melakukan proses pengapalan lifting minyak mentah produksi Pertamina Hulu Rokan (PHR) di salah satu dermaga minyak Pelabuhan Dumai, Riau.

Detail panel yang menunjukkan volume minyak mentah yang terdapat di kapal tanker yang bersandar di salah satu dermaga minyak Pelabuhan Dumai, Riau.

Pekerja Pertamina Hulu Rokan memantau aktivitas pengeboran sumur minyak melalui layar digital di Digital & Innovation Center (DICE), yang berfungsi sebagai pusat kendali operasional dan big data Rumbai di Riau.

Petugas memantau pergerakan kawanan gajah liar yang telah diberikan "GPS collar", sumbangan Pertamina Hulu Rokan, dari laptop di Pusat Konservasi Gajah Minas, Riau.

Petugas memantau pergerakan kawanan gajah liar yang telah diberikan "GPS collar", sumbangan Pertamina Hulu Rokan, dari laptop di Pusat Konservasi Gajah Minas, Riau.

Pekerja Pertamina Hulu Rokan membantu seorang bayi yang akan diperiksa saat program pengentasan stunting di Posyandu Mutiara Hati, Siak, Riau.

Petugas memeriksa suhu pekerja Pertamina Hulu Rokan sebelum memasuki area Central Gathering Station (CGS) 10 di Lapangan Duri, yang merupakan salah satu lapangan injeksi uap terbesar di dunia di Blok Rokan, Riau.

Sejumlah pekerja mengikuti upacara bendera guna memperingati HUT ke-77 Kemerdekaan RI di lokasi pengeboran rig BN-03, Lapangan Petani #155, yang dikelola oleh Pertamina Hulu Rokan di Bengkalis, Riau.

Pekerja Pertamina Hulu Rokan meneliti sampel batuan inti (core) yang diambil dari wilayah eksplorasi untuk melihat kandungan minyak di Laboratorium core batuan, Rumbai, Riau.

Sejumlah "sidewall core" atau batuan yang diambil dari dinding lubang bor wilayah eksplorasi untuk diteliti guna mencari kandungan minyak yang tertampung dalam "reservoir" (batuan penampung minyak) pada sebuah wilayah di Laboratorium Core Batuan, Rumbai, R

Foto udara Central Gathering Station (CGS) 10 di Lapangan Duri, yang merupakan salah satu lapangan injeksi uap terbesar di dunia di Blok Rokan, Riau

Pekerja melakukan aktivitas pengeboran di rig BN-03, Lapangan Petani #155, yang dikelola oleh Pertamina Hulu Rokan di Blok Rokan, Riau

Pekerja Pertamina Hulu Rokan mengecek saluran pipa minyak yang menuju tangki pengumpul produksi minyak (Tank Farm) di Dumai, Riau.

Pekerja mengamati kedalaman mata bor yang sedang mengebor sumur baru melalui monitor di rig BN-03, Lapangan Petani #155, yang dikelola oleh Pertamina Hulu Rokan di Bengkalis, Riau.

Foto udara sejumlah pompa angguk di Lapangan Duri, yang merupakan salah satu lapangan injeksi uap terbesar di dunia di Bengkalis, Riau.

Teks dan Foto: Akbar Nugroho Gumay

Editor : Andika Wahyu

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi