Mendulang berkah dari limbah jelantah

Muhammad Bagus Khoirunas

Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang tidak asing dan sering dijumpai setiap harinya. Hampir setiap orang menggunakan minyak goreng untuk keperluan memasak.

Sayangnya, masih banyak yang belum menyadari bahwa membuang minyak goreng bekas atau biasa disebut minyak jelantah dengan sembarangan memiliki dampak yang serius bagi lingkungan serta kesehatan.

Itulah yang membuat Sandi (33) dan Bintar Prakoso (33) berinisiatif untuk memanfaatkan limbah minyak goreng bekas itu agar tidak mencemari lingkungan. Warga Komplek Pondok Cilegon Indah (PCI), Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon itu sadar bahwa minyak jelantah jika dibuang begitu saja, akan membawa masalah kepada lingkungan, seperti menyumbat pori-pori tanah, mencemari air, dan menyumbat saluran drainase.

Sandi membawa jerigen untuk selanjutnya menjemput limbah minyak jelantah dari warga di Komplek Pondok Cilegon Indah (PCI), Kota Cilegon, Banten.

Sandi melihat pesan dari warga yang akan menjual limbah minyak jelantah di Kota Cilegon, Banten.

Berawal saat masa pandemi COVID-19, mereka menemukan inspirasi untuk mencoba memanfaatkan minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) yang dijadikan sebagai Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar pesawat.

Sandi yang merupakan pegawai di salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sementara Bintar yang bekerja di perusahaan swasta itu kini memanfaatkan hari liburnya untuk mengumpulkan dan menampung minyak jelantah dari warga. Mereka membeli minyak jelantah dari warga dan industri rumah makan untuk kemudian dijual kembali ke perusahaan dan diolah menjadi sumber energi alternatif.  

Tak hanya membeli, namun warga juga bisa menukar minyak jelantah sebanyak 5 liter untuk ditukar dengan 1 liter minyak goreng kemasan premium darinya. Dalam sebulan, mereka mampu mengumpulkan minyak jelantah sebanyak 2.000 liter minyak jelantah yang dikemas dalam jerigen.

Sandi mengangkut limbah minyak jelantah yang dibelinya dari salah satu warung kopi di Kota Cilegon, Banten.

Seorang warga memasak masakan di rumahnya di Kota Serang, Banten.

Masyarakat pun tak perlu susah payah untuk mendatangi tempat penampungan minyak jelantahnya, karena ia juga menyediakan layanan antarjemput yang tidak dikenakan tarif.

Usaha yang digelutinya sejak tahun 2020 lalu itu kini sudah memiliki 16 mitra cabang di sejumlah wilayah di Provinsi Banten antara lain Kota Serang, Kabupaten Serang, dan Pandeglang.

Sandi bersiap untuk mengangkut limbah minyak jelantah di salah satu kedai kopi di Kota Cilegon, Banten.

Sandi menuangkan limbah minyak jelantah ke dalam jerigen yang dibelinya dari warga di Kota Cilegon, Banten.

Sandi mengangkut limbah minyak jelantah yang dibelinya dari salah satu kedai kopi di Kota Cilegon, Banten.

Sandi dan Bintar Prakoso mengangkut jerigen berisi limbah minyak jelantah.

Sejumlah limbah minyak jelantah yang dikumpulkan warga di Kota Cilegon, Banten.

Sandi berpose di tempat penampungan limbah minyak jelantah miliknya di Komplek Pondok Cilegon Indah, Kota Cilegon, Banten.

Foto dan teks : Muhammad Bagus Khoirunas

Editor : Prasetyo Utomo

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi