Pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran

Andika Wahyu, Ismar Patrizki, Nyoman Hendra, Fikri Yusuf, Aprillio Akbar

“Selamat Datang di Desa Wisata Penglipuran” tertulis di papan warna cokelat, menyambut wisatawan di salah satu pintu masuk menuju permukiman. Desa Wisata Penglipuran yang terletak di Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, berada di ketinggian 500-600 meter di atas permukaan laut.

Desa Penglipuran masuk dalam salah satu desa unggulan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Desa seluas 112 hektare ini mengusung konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan yaitu memerhatikan dampak terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan.

Hal itu dapat ditemui ketika menyusuri jalan desa yang berundak. Wisatawan akan disambut ratusan rumah adat berjejer yang sebagian terbuat dari bambu, diantaranya berusia 90 hingga 100 tahun. Sepertiga luas desa tersebut merupakan kawasan hutan bambu. Warga merawat hutan itu sebagai warisan leluhur serta perwujudan menjaga keseimbangan manusia dan alam. 

Wisatawan memasuki kawasan Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali.

Warga berjalan di antara rumah-rumah tradisional berhiaskan penjor di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali.

Masyarakat desa wisata Penglipuran juga memiliki keanekaragaman di segi hasil Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Keberadaan wisatawan juga ikut menggerakkan roda perekonomian. Warga bisa berjualan cendera mata dan kuliner untuk ditawarkan kepada pengunjung.

Berdasarkan data pengelola Desa Wisata Penglipuran, kunjungan wisatawan sepanjang tahun 2022 sebanyak 608.133 orang dan 92 persennya merupakan wisatawan domestik. Sekitar delapan persen merupakan wisatawan mancanegara, terutama dari Malaysia, Singapura, India, dan Amerika Serikat. 

Sejak diresmikan sebagai desa wisata pada 1995, Desa Penglipuran melengkapi pesona Bali sebagai provinsi favorit tujuan wisatawan. Sederet penghargaan bergengsi berhasil diraih. Diantaranya Kalpataru, ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) 2017, juga dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia oleh Green Destinations Foundation pada 2016.

Umat Hindu berkeliling wilayah desa dalam Tradisi Ngerebeg di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali.

Warga makan bersama di desa Penglipuran, Bangli, Bali.

Yang terbaru, pada Oktober 2023, The World Tourism Organization (UNWTO) menobatkan Desa Penglipuran sebagai desa wisata terbaik 2023 bersama 54 desa lain di seluruh dunia. Seperti namanya, “penglipuran” yang berarti tempat untuk penghiburan. Desa yang berjarak 45 kilometer dari Kota Denpasar ini layak dicantumkan dalam salah satu tujuan wisata saat berkunjung ke Pulau Dewata.

Seorang warga merangkai penjor untuk perlengkapan upacara di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali.

Umat Hindu berkeliling desa saat melakukan Tradisi Ngerebeg di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali.

Sejumlah pemuda menampilkan tarian Barong di depan pintu rumah warga saat tradisi Ngelawang di Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali.

Pecalang atau petugas keamanan adat berjaga di kawasan pintu masuk Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali.

Pedagang mengenakan pakaian adat Bali kepada pengunjung di Desa Penglipuran, Bali.

Wisatawan berfoto di kawasan hutan bambu Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali.

Suasana hutan bambu di desa wisata Penglipuran, Bangli, Bali.

Foto dan teks : Andika Wahyu, Ismar Patrizki, Nyoman Hendra, Fikri Yusuf, Aprillio Akbar

Editor : Prasetyo Utomo

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi