Pacuan kuda lumpur Dompu

Ahmad Subaidi

Momen pascapanen raya di Dompu lahan persawahan berubah menjadi lintasan balapan kuda atau pacuan kuda. Peristiwa ini hanya terjadi setahun sekali. Lahan-lahan sawah yang kering sengaja dibuat berlumpur dengan cara membendung sungai dan mengalirkan airnya ke persawahana untuk area lintasan balap. Pacoa jara kali ini berbeda dengan balapan kuda di lintasan kering dan keras yang rutin digelar dua kali dalam setahun. 

Tingginya animo dari para pemilik atau pehobi kuda balap untuk berkompetisi menyebar tidak hanya dari kawasan kota atau kabupaten di Pulau Sumbawa (Sumbawa Barat, Sumbawa Besar, Dompu dan Bima), namun juga menyebar hingga Pulau Lombok dan Sumba di Nusa Tenggara Timur. Iming-iming hadiah balapan kuda ini pun beragam, mulai dari hewan ternak sapi hingga sepeda motor.

Tak mau kalah dari yang dilombakan di lintasan balap kering, kelas atau kategori kuda yang dilombakan dalam pacuan kuda lumpur ini pun terdiri dari beberapa tingkat. Mulai dari yang disebut kelas TK A, TK B, OA, OB, Harapan A dan B, Tunas A, B dan C, hingga kelas Dewasa A sampai E. Kategorisasi ditentukan berdasarkan umur, tinggi dan gigi kuda. 

Sejumlah pemilik menyiapkan kudanya di start saat gelaran pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di sawah yang berlumpur Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Pemilik membawa kudanya menuju start saat gelaran pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di sawah yang berlumpur Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Terlepas dari isu joki anak yang mencuat beberapa waktu terakhir, balapan yang menjadi tradisi dan budaya di kawasan ini terus meningkat pesertanya. Pada tahun 2023, menurut Iman salah satu pengurus kuda dari stable atau kandang Angin Laut, pacoa jara yang digelar di wilayah Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu ini diikuti ratusan kuda berbagai stable dari dua provinsi. Bahkan kuda balap yang bertarung pun ada yang merupakan milik sejumlah kepala daerah atau pejabat di wilayah provinsi NTB.

Menurut pemilik dan pehobi kuda balap Yosan, balapan kuda di Pulau Sumbawa dinilainya menjadi tradisi atau budaya sportif dan konstruktif. Yosan yang saat ini berprofesi sebagai dosen itu dulunya juga mantan joki cilik. Ia menilai pacuan kuda lumpur yang digelar selama sepekan ini, bisa membangun semangat persaudaraan dan persahabatan dari antarpemilik kuda dan juga dengan para joki, keluarganya dan masyarakat sekitar arena balap.

Sementara dari sisi ekonomi, menurut salah satu warga sekitar pacuan kuda lumpur menambah perputaran finansial di masyarakat. Mulai dari honor joki kecil yang berkisar di angka Rp100ribu per sekali tanding, memberdayakan pedagang makanan, minuman dan souvenir, juru parkir, penyewaan tenda tim peserta dan kuda, hingga pekerja di arena lintasan. 

Warga berjejer menunggu dimulainya pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Joki cilik memeluk kudanya sebelum start pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di sawah yang berlumpur Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Pemilik kuda membawa pecut saat gelaran pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di sawah yang berlumpur Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Kuda pacuan siap di kotak start untuk mengikuti pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Sejumlah joki cilik memacu kudanya saat gelaran pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di sawah yang berlumpur Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Sejumlah joki cilik memacu kudanya saat gelaran pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di sawah yang berlumpur di Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Joki cilik digendong menuju start saat gelaran pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di sawah yang berlumpur Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Kaki-kaki sejumlah joki cilik saat pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di sawah yang berlumpur Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Ratusan warga menonton gelaran pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di sawah yang berlumpur Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Sejumlah joki cilik memacu kudanya saat gelaran pacuan kuda lumpur Dompu (pacoa Jara) di sawah yang berlumpur di Kelurahan Monta Baru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB.

Foto & teks : Ahmad Subaidi

Editor : Puspa Perwitasari

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi