Mengubah limbah kelapa jadi dolar

Irfan Sumanjaya

“Saya merasa gundah saat melihat limbah kelapa menumpuk di desa. Padahal kalau diolah, bisa jadi komoditi ekspor yang menghasilkan pundi-pundi uang ”, ujar Nur Hasan (41) warga Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur, disela istirahat membuat arang briket.

Sejak pukul enam pagi, suara deru mesin diesel terdengar dari belakang rumahnya. Dengan cekatan, para pekerja sibuk membuat arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa. Bahan limbah tersebut tersedia berlimpah, mudah ditemukan di setiap sudut desa.

Selain sumber bahan baku yang relatif murah, mengolah arang briket juga relatif mudah. Para pekerja cukup menjemur arang yang telah dibakar, empat hingga lima hari.

Foto udara suasana industri rumahan arang briket di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

Pekerja mengumpulkan limbah batok kelapa untuk dibakar di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

“Untuk cara mengolah briket dari batok kelapa, saya cuma cari-cari di YouTube aja, kata Hasan sambil menjemur arang briket.

Meski usaha sederhana, soal omset tergolong cukup luar biasa. Dalam sehari, Hasan mampu mengolah 600 kilogram arang briket, atau sekitar 15 ton per bulan.

Bahkan demi memenuhi target produksi, Hasan harus mencari pasokan limbah kelapa hingga keluar Lumajang. Diantaranya ke Kabupaten Malang dan kota-kota di Pulau Sumatera.

Pekerja memasukkan bubuk arang briket ke dalam mesin pencetak di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

Pekerja menyelesaikan pembuatan briket berbahan dasar limbah batok kelapa di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

Produksi briket tak hanya dijual di dalam negeri, tapi juga menembus pasar ekspor seperti Turki dan Arab Saudi. Pembeli mancanegara didapatkan dari jejaring di media sosial Facebook.

Untuk pasar domestik, arang briket dijual Rp10 ribu-Rp30 ribu per kg. Sementara untuk pasar mancanegara dipatok harga USD10 per kg. Dengan harga tersebut, Hasan bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp45 juta-Rp50 juta per bulan.

Kerja keras, ulet dan jeli melihat peluang, kini berbuah pundi-pundi uang. Limbah kelapa ternyata bukan sampah, tapi bisa jadi sumber rupiah bahkan dolar.

Pekerja menyelesaikan pembuatan briket berbahan dasar limbah batok kelapa di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

Pekerja memotong cetakan arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa yang masih basah di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

 

Pekerja menjemur arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa yang diproduksi di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

Pekerja memperlihatkan arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa yang diproduksi di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

Pekerja memperlihatkan arang briket berbahan dasar limbah batok kelapa yang diproduksi di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

Pekerja melipat kemasan arang briket yang akan dikirim ke Turki di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

Nur Hasan (tengah) bersama pekerja memperlihatkan arang briket berbahan dasar limbah kelapa yang siap dikirim ke Turki di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur.

Foto dan teks: Irfan Sumanjaya

Editor: Andika Wahyu

Lisensi

Pilih lisensi yang sesuai kebutuhan
Rp 3.000.000
Reguler
Editorial dan Online, 1024 px, 1 domain
Rp 7.500.000
Pameran dan Penerbitan
Pameran foto, Penerbitan dan Penggunaan Pribadi