PASUKAN KHUSUS PENJAGA BADAK JAWA

Malam itu cuaca sangat tidak bersahabat, awan hitam bergerak menutupi rembulan. Sesekali sambaran petir muncul seolah memberikan tanda bahwa akan terjadi hujan badai di wilayah Cibunar, Ujung Kulon, Banten.

Sayup-sayup terdengar lantunan shalawat nabi dari dalam sebuah bangunan yang tampak tak terawat. Suara shalawat itu datangnya dari Kepala Unit (Kanit) resort Cibunar sekaligus pemimpin tim Monitoring Badak Jawa (MBJ), Rudi Suhendar yang sembari menyiapkan barang untuk perjalanan pemantauan dan pengawasan Badak Jawa.

Rudi bersama enam anggotanya adalah para pasukan khusus penjaga Si Cula Satu. Mereka adalah garda terdepan penjaga kelestarian Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Anggota tim MBJ adalah warga sekitar taman nasional yang sengaja diberdayakan untuk membantu mengawasi kelangsungan hidup dan habitat hewan khususnya Badak Jawa.

Kepala Unit (Kanit) resort Cibunar sekaligus pemimpin dalam tim Monitoring Badak Jawa (MBJ) wilayah Cibunar-Citadahan Rudi Suhendar menyiapkan barang keperluan MBJ di Resort Cibunar, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan MBJ di Resort Cibunar, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Dua bulan sekali mereka masuk hutan dan tinggal kurang lebih selama 10-15 hari untuk melakukan pemantauan Badak Jawa. Mereka menelusuri rimba hutan untuk melakukan pengecekan kamera jebak (camera trap) yang dipasang di beberapa titik tertentu. Selain itu, tujuh orang itu juga mengamati jejak badak serta mencatat pergerakan dan perkembangannya.

Ketika melakukan monitoring, mereka berjalan kurang lebih delapan kilometer dari titik awal untuk sampai di daerah Citadahan atau sebelum masuk hutan. Kemudian tim dibagi menjadi beberapa kelompok. Tim 'tracker' berjalan duluan untuk membuka akses jalan, selanjutnya tim navigator bertugas memeriksa titik lokasi camera trap dan terakhir adalah tim pembawa logistik.

Lebatnya hutan dan ganasnya medan yang berlumpur tidak menyurutkan semangat para penjaga badak itu. Pejuangan tim akhirnya membuahkan hasil dengan ditemukannya jejak dua individu yang diduga anak beserta induknya di rumpang (area pakan badak) yang mengarah ke kamera jebak.

Tim Monitoring Badak Jawa (MBJ) berkoordinasi di Padang Pengembalaan Cibunar, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Tim Monitoring Badak Jawa (MBJ) berjalan menuju lokasi pemantauan di Padang Pengembalaan Cibunar, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Tim kemudian memeriksa kamera jebak tak jauh dari lokasi jejak itu. Tapi sayang, kamera tersebut sudah tergeletak di tanah akibat ikatannya lepas digigit tupai. Tak patah arang tim MBJ kembali memasang serta menganti kartu memori dan baterai kembali.

Perjalanan kembali dilanjutkan, sembari berharap mendapat apa yang mereka inginkan. Doa pun dikabulkan, satu individu badak jantan tertangkap rekaman kamera, suka cita dan ucapan syukur terus mereka ucapkan.

"Ini tandanya mereka masih ada dan dalam kondisi baik-baik saja, bukan hanya mitos adanya Badak Jawa di wilayah ini," kata salah satu anggota MBJ, Ahmad.

Seorang tracker (pembuka jalur) membabat beberapa tanaman saat pelaksanaan kegiatan Monitoring Badak Jawa (MBJ) di dalam hutan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Anggota Monitoring Badak Jawa (MBJ) menyeberangi aliran sungai Cibunar di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Keberadaan tim Monitoring Badak Jawa (MBJ) ini adalah wujud campur tangan pemerintah dalam upaya pelestarian salah satu warisan dunia yang ada di Indonesia. Mereka dengan penuh tanggung jawab mengemban tugas untuk memastikan kelangsungan hidup Si Cula Satu itu agar bisa dinikmati oleh generasi mendatang.

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup melalui Balai Taman Nasional Ujung Kulon, sepanjang tahun 2021 ini terdapat kelahiran 4 ekor Badak Jawa dengan jenis kelamin dua betina dan dua jantan. Sehingga total populasi Badak Jawa menjadi sebanyak 75 ekor.

Badak Jawa yang tersisa 75 ekor tersebut merupakan satwa langka yang masuk kategori 25 spesies prioritas utama konservasi Pemerintah Indonesia. IUCN memasukkan spesies Badak Jawa ke dalam status Critically Endangered dan CITES mengkategorikannya ke dalam Appendix I.

Anggota Monitoring Badak Jawa (MBJ) meniti kayu saat melakukan kegiatan pemantauan di dalam hutan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Sejumlah anggota Monitoring Badak Jawa (MBJ) makan siang bersama di dalam hutan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Foto & Teks : Muhammad Adimaja

Kepala Unit (Kanit) resort Cibunar sekaligus pemimpin dalam tim Monitoring Badak Jawa (MBJ) wilayah Cibunar-Citadahan Rudi Suhendar (kanan) memberikan arahan di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Anggota Monitoring Badak Jawa (MBJ) mengukur jejak yang diduga anak badak yang ditengarai sebagai individu baru di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Anggota Monitoring Badak Jawa (MBJ) memasang kamera jebak di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Anggota Monitoring Badak Jawa (MBJ) menyiapkan kartu memorI baru untuk kamera jebak di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Anggota Monitoring Badak Jawa (MBJ) menunjukan satu individu badak jawa yang berhasil terekam oleh kamera jebak di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Editor : Prasetyo Utomo

Licence

Choose the license that suits your needs
$ 200
Photo Story Regular
Editorial and Online, 1 domain
$ 500
Photo Story Exhibition & Publishing
Photo Exhibition & Publishing